Depresi Besar (The Great Depression) adalah krisis ekonomi global yang dimulai pada akhir 1929 dan berlangsung hingga sebagian besar tahun 1930-an. Depresi ini dianggap sebagai salah satu bencana ekonomi paling parah dalam sejarah dunia modern, dengan dampak yang meluas ke hampir seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat, Eropa, dan negara-negara lainnya. Pada puncaknya, Depresi Besar menyebabkan jutaan orang kehilangan pekerjaan, menghancurkan kehidupan banyak keluarga, dan meruntuhkan perekonomian global.
Penyebab Depresi Besar
Kehancuran Pasar Saham (Black Thursday dan Black Tuesday):
Penyebab utama dari Depresi Besar adalah keruntuhan pasar saham di Amerika Serikat pada akhir 1929. Pada 25 Oktober 1929, yang dikenal sebagai Black Thursday, pasar saham New York Stock Exchange (NYSE) mulai anjlok secara tajam. Namun, kejatuhan terbesar terjadi pada 29 Oktober 1929 (dikenal sebagai Black Tuesday) ketika nilai saham jatuh lebih dalam. Kejatuhan ini memicu kepanikan di kalangan investor dan menyebabkan mereka menjual saham secara massal.
Penurunan pasar saham ini berperan besar dalam menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap ekonomi dan menyebabkan kekayaan yang sangat besar hilang dalam waktu singkat.
Kelebihan Produksi dan Penurunan Permintaan:
Pada 1920-an, ekonomi Amerika Serikat sedang berkembang pesat, dengan industri yang tumbuh pesat, terutama di sektor otomotif dan konstruksi. Namun, pada akhir dekade tersebut, terjadi kelebihan produksi. Banyak pabrik dan perusahaan menghasilkan lebih banyak barang daripada yang dapat dibeli oleh konsumen. Ketika permintaan menurun, banyak perusahaan mulai mengurangi produksi, yang pada gilirannya menyebabkan PHK massal dan peningkatan pengangguran.
Kebijakan Moneter yang Salah:
Kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank Sentral AS (Federal Reserve) juga turut memperburuk kondisi. Pada awal 1930-an, Federal Reserve menaikkan suku bunga untuk mencoba mengendalikan inflasi, namun langkah ini justru memperburuk krisis, dengan memperlambat pinjaman dan mengurangi kegiatan ekonomi.
Krisis Perbankan:
Setelah kejatuhan pasar saham, banyak bank-bank yang tidak mampu memenuhi permintaan penarikan simpanan dari nasabah karena mereka telah berinvestasi dalam saham yang gagal. Hal ini menyebabkan gelombang penutupan bank, yang memperburuk krisis. Selama tahun 1930-an, sekitar 9.000 bank di AS gulung tikar.
Perang Dagang dan Kebijakan Proteksionisme:
Negara-negara, termasuk AS, menerapkan kebijakan proteksionisme untuk melindungi industri domestik dengan mengenakan tarif impor tinggi. Salah satu kebijakan yang paling kontroversial adalah Smoot-Hawley Tariff Act yang diberlakukan pada 1930. Kebijakan ini justru memperburuk krisis karena negara-negara lain membalas dengan tarif tinggi, yang menyebabkan perdagangan internasional menurun drastis.
Dampak Depresi Besar
Tingkat Pengangguran yang Meningkat Drastis:
Pengangguran di Amerika Serikat mencapai tingkat yang sangat tinggi selama Depresi Besar. Pada puncaknya, hampir 25% tenaga kerja di AS tidak memiliki pekerjaan. Negara-negara lain yang terdampak juga mengalami tingkat pengangguran yang tinggi, meskipun tingkatnya bervariasi.
Kemiskinan dan Kelaparan:
Banyak keluarga kehilangan rumah mereka dan terpaksa hidup di bawah kondisi yang sangat buruk. Beberapa orang tinggal di tenda-tenda atau kamp pengungsi yang dikenal dengan nama "Hoovervilles" (disebut demikian sebagai ejekan terhadap Presiden Herbert Hoover, yang dianggap tidak cukup berbuat untuk mengatasi krisis). Di banyak daerah, kelaparan dan malnutrisi menjadi masalah serius.
Krisis Sosial dan Politis:
Keadaan yang sangat sulit menciptakan ketidakpuasan yang luas. Banyak orang kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah dan institusi yang dianggap gagal melindungi mereka. Di beberapa negara, kemiskinan dan ketidakadilan sosial mengarah pada ketegangan politik yang meningkat, menciptakan kondisi yang subur bagi radikalisasi politik.
Kehancuran Bisnis dan Industri:
Banyak perusahaan besar bangkrut, dan sektor industri mengalami penurunan yang sangat dalam. Beberapa perusahaan yang bertahan berjuang untuk tetap hidup, dengan memangkas biaya operasional dan tenaga kerja mereka.
Penurunan Aktivitas Perdagangan Dunia:
Dengan berkurangnya permintaan global dan kebijakan proteksionis yang diterapkan oleh banyak negara, perdagangan dunia turun tajam. Hal ini memperburuk krisis ekonomi di banyak negara.
Upaya Pemulihan
New Deal oleh Franklin D. Roosevelt:
Pada tahun 1932, Franklin D. Roosevelt terpilih menjadi Presiden AS dan meluncurkan serangkaian program yang dikenal sebagai New Deal, yang dirancang untuk mengatasi krisis dan memulihkan perekonomian. New Deal melibatkan reformasi di sektor perbankan, penciptaan program pekerjaan publik (seperti Works Progress Administration), dan berbagai program kesejahteraan sosial.
Salah satu kebijakan penting dari New Deal adalah pembentukan Social Security Act (1935), yang memberikan bantuan sosial untuk kaum lanjut usia, pengangguran, dan orang cacat.
Regulasi Perbankan dan Pasar Keuangan:
Untuk menghindari terulangnya krisis di masa depan, New Deal juga mencakup reformasi di sektor keuangan, termasuk pembentukan Securities and Exchange Commission (SEC) untuk mengawasi pasar saham dan mencegah praktik perdagangan yang curang.
Dampak Jangka Panjang:
Depresi Besar menyebabkan perubahan besar dalam cara negara-negara memandang ekonomi. Banyak negara mulai mengadopsi kebijakan intervensi pemerintah yang lebih besar dalam perekonomian untuk mencegah terjadinya krisis serupa di masa depan.
Dampak Global dan Akhir Depresi Besar
Dampak Global:
Depresi Besar tidak hanya dirasakan di Amerika Serikat, tetapi juga menyebar ke seluruh dunia. Negara-negara Eropa yang sudah terguncang akibat Perang Dunia I, seperti Jerman dan Inggris, mengalami resesi parah. Di Jerman, dampak Depresi Besar memperburuk ketidakpuasan terhadap pemerintah Weimar dan memberikan peluang bagi Adolf Hitler dan Nazi untuk mendapatkan dukungan.
Akhir Depresi Besar:
Depresi Besar mulai berakhir pada akhir 1930-an, sebagian besar karena peningkatan pengeluaran pemerintah untuk persiapan Perang Dunia II. Perang ini menyebabkan lonjakan besar dalam produksi industri dan penciptaan lapangan kerja yang mengurangi tingkat pengangguran. Banyak negara mulai pulih seiring dengan meningkatnya produksi perang dan kebutuhan akan sumber daya.
Kesimpulan
Depresi Besar adalah salah satu peristiwa ekonomi yang paling merusak dalam sejarah dunia modern. Dampaknya sangat luas, mempengaruhi kehidupan jutaan orang dan mengubah perekonomian dunia selama bertahun-tahun. Meskipun upaya pemulihan, seperti New Deal di AS, membantu negara-negara untuk bangkit, Depresi Besar juga menunjukkan kerentanannya ekonomi dunia terhadap faktor-faktor global dan pentingnya pengelolaan ekonomi yang lebih baik serta peran negara dalam menjaga stabilitas ekonomi.