Ahriman, atau Angra Mainyu, adalah sosok kegelapan dan kejahatan dalam ajaran Zoroastrianisme, salah satu agama tertua di dunia yang berasal dari Persia kuno (sekarang Iran). Dalam kepercayaan Zoroastrianisme, Ahriman merupakan personifikasi kejahatan yang berlawanan dengan Ahura Mazda, dewa kebaikan, pencipta, dan sumber segala hal yang baik.
Ajaran Zoroastrianisme didirikan oleh nabi Zoroaster (Zarathustra) sekitar 1500 SM hingga 1000 SM. Salah satu konsep utamanya adalah dualisme kosmik, di mana dunia ini dilihat sebagai medan pertempuran antara kekuatan baik (Ormuzd atau Ahura Mazda) dan kekuatan jahat (Ahriman atau Angra Mainyu).
Ahriman adalah entitas yang mewakili segala hal buruk, termasuk kebohongan, kematian, dan kekacauan. Namanya, "Angra Mainyu," dalam bahasa Avesta (bahasa suci Zoroastrianisme) dapat diterjemahkan sebagai "Roh Jahat" atau "Pikiran Jahat." Ia bertindak sebagai antagonis dari Ahura Mazda, yang melambangkan cahaya, kebenaran, dan kehidupan.
Dalam mitologi Zoroastrianisme, Ahriman mencoba merusak ciptaan Ahura Mazda dengan membawa penderitaan, penyakit, dan bencana ke dunia. Ia adalah kekuatan yang mendorong manusia ke arah dosa dan tindakan jahat. Sifat destruktif Ahriman ini kontras dengan sifat konstruktif dan penuh kasih Ahura Mazda, menciptakan keseimbangan antara kebaikan dan kejahatan yang mengatur alam semesta.
Ahriman memainkan peran penting dalam konsep dualisme kosmik yang menjadi fondasi Zoroastrianisme. Dualisme ini menggambarkan adanya dua kekuatan abadi yang saling bertentangan: Ahura Mazda (kebaikan) dan Ahriman (kejahatan). Pertempuran antara dua kekuatan ini akan terus berlanjut hingga akhir zaman, saat kebaikan akhirnya menang, dan kejahatan akan dihancurkan selamanya.
Dalam pandangan ini, manusia berada di tengah-tengah pertempuran antara kebaikan dan kejahatan. Setiap individu diberikan kebebasan untuk memilih antara jalan yang benar, yang sesuai dengan ajaran Ahura Mazda, atau jalan yang sesat, yang dipengaruhi oleh Ahriman. Oleh karena itu, kehidupan moral dalam Zoroastrianisme sangat penting, karena setiap tindakan baik berkontribusi pada kemenangan akhir kebaikan.
Menurut mitos penciptaan Zoroastrianisme, pada awalnya hanya ada Ahura Mazda, yang menciptakan dunia dalam 7 tahap (penciptaan langit, air, bumi, tanaman, binatang, manusia, dan api). Namun, selama proses ini, Ahriman muncul dari kegelapan dan mulai mencoba merusak ciptaan Ahura Mazda. Ia mengirim pasukan demon (daeva) untuk mengganggu keseimbangan dunia.
Meski Ahriman memiliki kekuatan untuk merusak, dia tidak dapat menciptakan apapun yang baik atau sejati. Kekuatan Ahriman hanyalah ilusi yang merusak dan mengacaukan. Dalam akhirnya, Ahriman akan dikalahkan ketika "Frashokereti" (hari kiamat atau penyempurnaan akhir) tiba, di mana dunia akan dipulihkan ke keadaan murni, tanpa kejahatan dan kematian.
Dalam kehidupan sehari-hari umat Zoroaster, peran Ahriman adalah sebagai pengingat akan bahaya kejahatan dan dosa. Dalam ajaran Zoroaster, umat dianjurkan untuk menjauhi "druj" (kebohongan) dan mendekatkan diri pada "asha" (kebenaran dan keteraturan kosmik), yang merupakan prinsip utama Ahura Mazda. Tindakan jahat dianggap sebagai hasil dari pengaruh Ahriman.
Beberapa ritual Zoroastrianisme dirancang untuk melawan pengaruh Ahriman. Salah satunya adalah penggunaan api dalam upacara agama. Api dianggap sebagai simbol dari cahaya dan kebenaran Ahura Mazda, dan diyakini dapat mengusir kegelapan serta kejahatan yang dibawa oleh Ahriman.
Meski Ahriman terutama dikenal dalam konteks Zoroastrianisme, konsep kejahatan yang diwakilinya memiliki kemiripan dengan banyak sistem kepercayaan lain. Misalnya, peran Ahriman sebagai sosok jahat yang berperang melawan dewa kebaikan serupa dengan banyak mitologi dualistik lainnya, seperti Set dalam mitologi Mesir atau Loki dalam mitologi Norse.
Beberapa sarjana juga melihat pengaruh Zoroastrianisme, termasuk konsep Ahriman, pada perkembangan agama-agama Abrahamik, terutama dalam konsep Iblis atau Satan dalam Yudaisme, Kristen, dan Islam. Ahriman sering dianggap sebagai salah satu sumber inspirasi untuk penggambaran tokoh-tokoh jahat ini dalam agama-agama Barat.
Ahriman adalah sosok sentral dalam ajaran Zoroastrianisme, mewakili segala bentuk kejahatan, kebohongan, dan kekacauan. Sebagai antagonis dari Ahura Mazda, ia adalah kekuatan destruktif yang melawan ciptaan dan tatanan kebaikan. Meskipun kuat, Ahriman diyakini akan dikalahkan pada akhir zaman, di mana kebaikan akan menang, dan dunia akan dipulihkan ke kondisi sempurna.
Konsep Ahriman tidak hanya penting dalam Zoroastrianisme tetapi juga memberikan pengaruh pada konsep kejahatan dalam budaya dan agama lainnya. Sebagai simbol dari kegelapan yang abadi namun tidak kekal, Ahriman mengingatkan umat Zoroaster tentang pentingnya memilih jalan kebaikan dan melawan godaan kejahatan setiap hari.